Jogjakarta, 2
Oktober2013
Saya
berada di sebelah selatan masjid Mujahidin, masjid megah yang di bangun oleh
pihak UNY guna memberikan sarana unutk beribadah bagi mahasiswa ataupun
masyarakat yang beragama islam untuk beribadah. Saya baru saja dating setelah
sebelumnya selesai menyantap sarapan dan makan siang di jadikan satu. Saya
masih duduk santai di tangga masuknya dengan mulut yang masih mengepulkan asap.
Handphone saya bergetar secara terus menerus, bukan pertanda masuknya SMS. Itu
sebuah panggilan masuk. Saya meraih handphone yang bergetar di dalam saku
celana panjang yang di gunakan. Melihat ke layar, sebuah nama kontak tertera
dan lalu mengangkatnya.
Dia
memulai suara pertamanya dengan sesenggukan. Dia menangis. Sebelum sang
penelpon mengucapkan kata pertamanaya saya sudah berfirasat tentang apa yang
akan di katakan. Dan sebuah kalimat yang terucap membenarkan firasat saya. Saya
hanya melontarkan sebuah pertanyaan ‘kapan ?’ dan di jawab ‘baru saja’.
Pembicaraan selesai kemudian saya mematikan udud
di tangan dan menuju ke kran air untuk mensucikan diri dari hadas kecil.
Selanjutnya, saya shalat dan melakukan hal lainnya yang di sunnahkan dan
kemudian menuliskan catatan ini.
Memang,
sekitar 15 menit sebelum saya mendapat panggilan, saya mendapat sebuah kabar
bahwa salah satu junior saya sedang berada dalam keadaan kritis saat menjalani
sebuah operasi setelah beberapa hari sebelumnya saya mendapat kabar bahwa dia
jatuh dari papan panjat yang
mengakibatkannya harus menjalani operasi. Dan baru tadi saja sang
penelepon tadi mengabarkan bahwa junior saya telah meninggal dunia.
Dia
bernama Haidar Wisyam, biasa di panggil Haidar atau lebih sering di panggil
dengan Bejat (yang merupakan nama lapangannya) oleh beberapa orang lainnya. Dia
adalah orang yang saya ceritakan dalam tulisan saya tahun lalu yang berjudul Diwarisi dan
Mewarisi Amanat. Ya, dia adalah ketua umum PASSIGA (Pecinta Alam dan
Seni SMAN 3 Jember) setelah saya.
Saya
masih ingat bagaimana dia sebelum menjadi anggota dan mengikuti latian yang cukup
rutin dan terlihat paling excited
bersama beberapa rekannya. Kemudian saya juga masih ingat bagaimana
ekspresi-ekspresiyang di tampakkan wajah hitamnya saat menggambarkan berbagai
ekspresi danhingga berujung pada senyuman serta tawanya saat dan setelah dia
mendapatkan scraft berwarna ungu yang menandakan dia telah menjadi Anggota
Yunior di PASSIGA. Kemudian makin banyaklah kenagan-kenangan yang tercipta
dengannya.
Saya
ingat, bagaimana ambisinya untuk menjadi seorang atlit panjat dan sangat
meyukai bidang panjat tebing. Hingga setiap ada lomba dia memaksa untuk
mengikutinya. Pernah juga, saat itu saya masih menjabat menjadi ketua umum, ada
sebuah lomba panjat dinding tingkat nasional di Surabaya. Lalu, saya berniat untuk mengikut sertakan
Damas a.k.a Moseng untuk mengikuti lomba tersebut. karena memang penilaian saya
kemampuan Damas lebih diatas Haidar. Tapi Haidar memaksa untuk mengikuti lomba
tersebut bersama 2 anak lainnya. Saya melarangnya karena akan memakan banyak
duit, karena pada awalnya saya berniat menggunakan uang yang di sediakan untuk
bidang Ekstrakulikuler oleh sekolah. Saya hanya tidak ingin menggunakan uang
tersebut unutk hal yang tidak masuk dalam proker (program kerja) saya. Namun,
dia tetap keras kepala untuk mengikutinya.
Hingga
akhirnya saya menyerah dan memperbolehkan mereka untuk berangkat, dengan syarat
uang transportasi dan makan merupakan biaya sendiri sedangkan uang pendaftaran
memotong anggaran dana ekskul dari sekolah. Dan yang lebih membuat saya lucu
serta sedikit naik pitam adalah salah satu alasan dia mengikuti lomba tersebut
adalah ingin mendapatkan kaos dari lomba tersebut. begitu juga di hari-hari
selanjutnya, setiap ada lomba dia sangat bersemangat untuk mengikutinya,
terlebih lagi jika ada fasilitas kaos. Hingga akhirnya, dia mulai menurunkan
kemaniakannya terhadap lomba panjat dinding setelah saya member berbagai macam sindiran.
Setelah
itu, dia mengalihkan pandangannya terhadap pendakian gunung. Dia terobsesi
dengan petualangan setelahnya. Dia juga telah merampungkan trek Argopuro
sebanyak dua kali jika tidak salah. Dan trek selanjutnya adalah trek Gunung
Raung dan berhasil mencapai puncak sejati dari gunung tersebut. Betapa sangat
di banggakannya prestasi tersebut karena (menurutnya) dia dan salah seorang
juniornya-lah yang pertama berhasil mencampai puncak sejati Raung sebagai
anggota sispala dari Jember.
Saat
dalam acara Reformasi dan Laporan Pertanggung Jawaban ke pengurusan saya
memasuki acara pemilihan ketua umum yang baru, kandidat yang mencantumkan
dirinya sendri degan penuh kesadaran adalah dia, Haidar, Bejat, sedangakan yang
satunya di pilih oleh saudara seangkatannya. Dia terlihat sangat excited untuk menjadi ketua umum
menggantikan saya. Jauh hari sebelumnya dia juga sering bilang untuk ingin
menjadi ketua umum dan dia memberitahuan visi-misinya sebelum kampanye
pemilihan ketua umum baru. Yang pasti, dia lebih memiliki visi-misi yang jelas
untuk PASSIGA saat dia menjadi ketua umum.
Impiannya
yang saya tahu pasti dan menjadi acuannya saat menjadi ketua umum adalah
mengadakan kembali papan panjat yang telah terleas dari kerangka wall PASSIGA
beberapa tahun yang lalu. Dia memperjuangkannya dengan keras. Hebat, lebih
hebat dari saya. Kemudian, dia juga pernah bilang ingin sekali mendaki everest.
Lalu dia juga ingin menginjakkan kaki kurusnya di atas Mahameru. Dan saya
mendengar kabar bahwa dia telah melakukan pendakian ke Semeru beberpa waktu
lalu. Dan mempunyai rencana untuk melakukan pendakian ke Gunung Rinjani kedepannya.
Kaki
kurusmu mungkin sudah lelah berjalan menyusuri alam dan kehidupan ini. badanmu
mungkin sudah letih untuk menopang segala bekal, pengalaman dan kenangan yang
kau simpan di carier yang kau bawa di pundakmu. Dan saat ini, adalah saat di
mana kau harus beristirahat dulur,
memanjakan dirimu sendiri. Semoga kau selalu di rahmati dalam tidurmu yang tak
akan terbangunkan hingga hari akhir nanti. Jangan pikkir organisasimu yang kau
tinggalkan, PASSIGA masih punya sejagat manusia yang bisa memimpin, meski
dengan caranya masing-masing yang mungkin juga tak akan sepertimu. Hanya saja,
tidurlah bersama doa-doa yang di ucap semua keluarga, saudara, sahabat, teman
dan alam ini untukmu.
Bejat dalam pendakian Argopuro yang pertamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar